Minggu, 05 September 2010

M232UL di Baduy

Uniknya Kesederhanaan Suku Baduy

Didalam kesederhanaan masyarakat baduy dalam keterasingannya terdapat keunikankan yang kami temui.
Malam itu menunjukan pukul 00.00 wib hari berganti minggu 29 September 2010, empat mahasiswa universitas lampung yang terdiri dari Evi Oktavia Fakultas Pertanian 07, Ria Yulianti Hukum 07, Juliana M.Nainggolan 03 dan Masyuni Mipa 03 melaju mengendarahi motor meninggalkan Bandar Lampung menuju pelabuhan Bakauheni. Beradu dengan mobil yang besar dikanan kiri kami melewati lintas timur dengan suasana dinginnya malam hari. Perjanan ini ditemani oleh anak Mapalaut (Mapala Universitas tirtayasa), Mahapeka, dan PALAPA (Persatuan Pelestari dan Pencinta Alam) Kmpus perguruan tinggi LA TANSA MASHIRO banten.

Sesampai di Bakauheni pukul 03.05 wib kamipun makan sahur untuk puasa bulan ramadhan ini, kapal melaju meninggalkan lampung menuju ke pulau jawa. Setelah Kaman sahur kami harus intirahat untuk mengembalikan kembali stamina untuk mengendarai motor kembali sejtelah turun dari kapal.
Pelabuhan merak pukul 05.30 wib kami menuju serang dengan tujuan Mapalaut. Pukul 07.30 wib kamu pun sudah sampai di serang kami istirahat dan prepare untuk perjalanan menuju baduy.

Waktu menunjukan pukul 15.45 wib kami berjalan dengan ditemani oleh anak Mapalaut dan Mahapeka menuju ke PALAPA sebelum menuju ke baduy karna melewati universitas LA TANSA MASHIRO 17.05 wib kami pun sampai untuk nunggu magrib tiba untuk berbuka puasa dan shalat magrib agar tidak buka dijalan. Setelah selesai semua kami berangkat menuju perkampungan Baduy malam itu sampai di Ciboleger kami istirahat bermalam disana. Desa ini merupakan desa terakhir kami harus menitipkan kendaraan kami tidak boleh melintas di dalam perkampungan Baduy.



SUKU BADUY
Seharian kami mengitari Kawasan Masyarakat suku Baduy ini pada tenggal 30 Agustus 2010. Masyarakat tinggal di desa kanekes kec. Leuwidamar pegunungan kendeng kabupaten Lebak, Banten. Perkampungan masyarakat Baduy pada umumnya terletak pada aliran sungai Ciujung di pegunungan kendeng pada ketinggian 300-600 Mdpl. Letaknya sekitas 172 km di sebelah barat ibu kota Jakarta sekitar 65 Km disebelah selatan ibu kota propinsi Banten, sekitar 38 km di sebelah selatan kkabupaten lebak dan 17 km sebelah selatan kecamatan leuwidamar. Mata pencariaan mereka adalah bertani secara tradisional yaitu dengan menggunakan alat pertanian yang masih sangat konversional. Masyarakat Baduy terdiri dari Baduy Luar dan Baduy dalam. Masyarakat Baduy Dalam memiliki 130 KK yang terdiri dari 40 Rumah. 


Masyarakat suku Baduy menggantungkan sebagian besar hidupnya pada hasil hutan dan masyarakat Baduy sebagian besar penghasilannya dari bercocok tanam dan kebayakan masyarakat baduy menanam padi apa bila selesai panen Hasil panen pun di tumbuk menggunakan lesung masih sangat sederhana sekali.dan hasilnya ada yang dijual dan ada juga yang di konsumsi sendiri. Namun dengan adat-istiadat mereka yang kokoh secara tidak langsung Mereka turut melestarikan dan menjaga hutan dari kerusakan, karna bagi mereka hutan adalah peninggalan leluhur yang merupakan amanat dan harus dijaga. Mereka juga mengambil hasil hutan non kayu yang terdapat dalam hutan lindung berupa madu dan gula aren. Mereka juga membuat kerajianan tangan berupa tas koja dan jorog (tas yang terbuat dari kuli kayu), tenunan yang berupa selendang swatt dan sarung (samping poleng), tempat air dari kulit buah kukuh sejenis labu yang dibuang isinya dan dikeringkan, asesoris berupa kalung, gelang, cincin dan gantungan kunci yang terbuat dari rotan, bambu dan akar. Masyarakat suku baduy pula memanfaatkan sungai sebagai daerah tangkapan ikan masih menggunakan cara tradisional seperti menangkap dengan kedua tangan atau menggunakan alat pancing dan bubu atau tabung anyaman yang terbuat dari bamboo. Mereka tidak boleh menggunakan bahan peledak, putas atau racun, atau bahan-bahan dalam penangkapan ikan karena bisa merusak ekosistem didalamnya.

Masyarakat suku Baduy merupakan suku yang tradisional, dengan keikhlasan yang yang mereka miliki dan ketangguhan dalam memegang prinsip-prinsip yang diyakininya menyebabkan mereka memilikipondasi peradabab yang kokoh.salah satu contoh keteguhan mereka dalam memegang prinsip adalah upaya menjaga kelestarian alam sekitar mereka, yaitu melarang menggunakan zat-zat kimia yang dapat mencemari air dan lingkungan sekitarnya seperti menggunakan sabun, sampo, odol dan lain-lain, tidak boleh menebang pohon selain untuk kebutuhan membanglun rumah dan kebutu,han alat rumah tangga lainnya dengan ukuran secukupnya karna bagi mereka dapat menyebabkan hutan men,jadi gundul, tidak boleh adanya kendaraan dengan dasar hukum adat mereka yang mangatur.

 Tiba pada Baduy Dalam pukul 14.00 wib semua alat-alat elektronik tidak boleh digunakan karna Baduy Dalam melarang adanya perubahan (alami) sehingga tidak boleh mengabadikan moment2 yang ada di baduy dalam tidak ada foto2 yang terdapat di Baduy Dalam. masyarakat Baduy dalam yang mempunyai keunikan ini dan Baduy Dalam tidak boleh naik kendaraan, tidak memakai sandal, tidak memelihara binatang berkaki empat kecuali kucing dan anjing karna tidak bisa dimakan intinya semua yang berlebihan disini tidak boleh.

2 komentar: